Connect with us

HEADLINE

Ratusan Suspect Covid-19 Tunggu Hasil Laboratorium, Termasuk 6 Pasien di RSUD Ulin Kalsel

Diterbitkan

pada

Ratusan pasien suspect Covid-19 masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium Kemenkes Foto: suara

KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA – Ratusan suspect Covid-19 yang dirawat di sejumlah rumah sakit rujukan, saat ini masih menunggu kepastian hasil laboratorium Kementerian Kesehatan RI. Termasuk di antaranya 6 suspect yang dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin. Dimana sebelumnya, salah seorang Pasien dalam pengawasan (PDP) yang dirawat di sana meninggal dunia.

Banyaknya antrean ini, menyebabkan hasil tes tak segera dapat disampaikan kepada daerah. Yang mestinya 3-4 hari bisa diketahui hasilnya, tapi saat ini belum ada kepastian. Hal ini tentunya menambah masalah dalam penanganan kasus Covid-19 di daerah. Sebab percepatan data pasien berhubungan dengan penelusuran jejak (tracking) kemungkinan penularan.

Di Jakarta saja misalnya, totalnya ada 478 kasus positif atau menunggu hasil. Selain 125 orang dinyatakan positif corona, 353 lainnya tengah menunggu hasil. Data ini merupakan pembaruan sampai 18 Maret 2020.

Seluruh 125 pasien positif itu domisili atau tempat tinggalnya tersebar di 90 Kelurahan di DKI. Sementara ada 35 kasus positif yang domisilinya belum di ketahui Kelurahan mana.

Diketahui, Juru Bicara Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebut kasus positif virus corona di Indonesia kembali bertambah. Kekinian, ada sebanyak 227 orang yang dinyatakan positif mengidap virus corona. Sebelumnya, kasus positif virus corona di Indonesia berjumlah 172 orang. Artinya, angka tersebut bertambah menjadi 55 kasus. “Ada tambahan 55 kasus positif. Sehingga total keseluruhan sampai sekarang pada pukul 12.00 WIB adalah 227 kasus positif,” kata Yurianto dalam keterangan pers di Youtube BNPB, Rabu (18/3/2020).

Saat ini, sebanyak 6 pasien suspect virus Corona atau Covid-19 masih dalam pengawasan serius pihak RSUD Ulin Banjarmasin. Dirut RSUD Ulin, dr Hj Suciati menyampaikan, kondisi terbaru pasien rujukan suspect Corona pasca-meninggalnya pasien Ulin-6 bervariasi. “Kondisi pasien Ulin-1 oksigennya masih turun naik. Sementara Ulin-7 masih dalam penanganan,” terangnya.

Suciati mengatakan, RSUD Ulin telah menerima 7 pasien rujukan suspect Corona. Dimana masiang-masing pasien diberi kode ‘Ulin’ dan nomer urutan sesuai waktu rujukan. Pasca-meninggalnya salah seorang pasien rujukan kode Ulin-6, RSUD Ulin saat ini mengawasi 6 orang pasien.

Selain Ulin-1 dan Ulin-7, kondisi pasien Ulin-2, 3, 4, dan 5 sudah membaik. “Suhu tubuhnya di bawah 38 derajat. Saturasi oksigennya di atas 90, kadar oksigen tubuhnya normal dan frekuensi nafasnya juga normal 26-28,” terangnya.

Impor 500 Ribu Alat Tes Cepat Corona
Kementerian BUMN menyatakan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI sedang menunggu izin dari Kementerian Kesehatan, untuk mengimpor alat yang bisa mendeteksi secara cepat alias rapid test virus corona Covid-19.

“PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) sedang pesan sekitar 500 ribu pieces. Tapi kami menunggu izin dari Kementerian Kesehatan, kalau sudah bisa, langsung kami distribusikan alat itu,” ujar Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga dalam telekonferensi pers di Jakarta, Rabu (18/3/2020).

Ia mengatakan, izin impor alat kesehatan itu sudah diregistrasi sejak 10 Maret 2020 lalu. Alat diagnostik COVID-19 itu sedianya bakal diimpor dari Hangzhou, China. “Sudah kami registrasi tanggal 10 Maret lalu. Melalui alat itu, hasilnya bisa keluar hanya sekitar 15 menit, maksimal 3 jam. Bentuk alat itu seperti alat tes kehamilan,” paparnya.

Dengan alat itu, lanjut dia, masyarakat dapat memeriksa mandiri apakah terjangkit COVID-19 atau tidaknya. Jika positif, dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit rujukan COVID-19.

“Dengan rapid test orang ada kepastian awal, dia bisa indikasi corona sedini mungkin. Kalau sudah ada kecenderungan terpapar bisa melakukan pengambilan sampel dengan swab di rumah sakit,” kata Arya.

Arya memastikan, harga alat deteksi dini COVID-19 itu cukup terjangkau bagi masyarakat. Namun, dirinya belum dapat merinci besaran harga untuk alat itu. Saat ini, ia mengakui, Indonesia belum dapat memproduksi alat itu. Namun, ia meyakini ke depan Indonesia bakal sanggup untuk memproduksinya. “Mungkin pelan-pelan teman-teman dari Eijkman (Lembaga Biologi Molekuler Eijkman) bisa bikin,” ucapnya.(Kanalkalimantan.com/suara/fikri)

 

Reporter : Fikri
Editor : Cell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->