Connect with us

Pemilu 2024

Suara Gen Z dalam Pemilu, Kritisi Pendekatan Caleg, Cenderung Golput

Diterbitkan

pada

Gen Z di Banjarbaru yang ditemui kala berdiskusi terkait Pemilu 2024. Foto: wanda

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Pesta demokrasi Indonesia sudah berada pada ujung lini masa sebelum nanti ditutup secara resmi setelah pemilihan umum serentak berakhir.

Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, terkhusus di Kalimantan Selatan, Generasi Z atau Gen Z ikut andil sebagai pemegang suara terbesar dalam kontestasi Pilpres, Pileg maupun Pilkada.

Seperti yang disampaikan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalsel, daftar pemilih tetap yang tersebar di 13 kabupaten kota di Provinsi Kalsel berjumlah 3.025.220 pemilih.

Dari angka lebih dari tiga juta itu, melalui Komisioner Divisi Perencanaan, Data, dan Informasi KPU Kalsel, Arif Mukhyar mengatakan, hampir 60 persen pemilih didominasi oleh generasi milenial dan Gen Z setengah dari jumlah pemilih di Kalsel.

Baca juga: KPU Kalsel Segara Umumkan Daftar Calon Tetap DPD dan DPRD

Tentunya membuat pesta demokrasi 2024 dirasa akan sangat berbeda dibanding pesta demokrasi tahun-tahun sebelumnya.

Salah satu faktornya yang mempengaruhi perbedaan itu ialah mayoritas Gen Z sebagai pemilih pemula mempunyai karakteristik yang kritis.

Mereka cenderung terbuka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, multikulturalisme dan mengikuti perkembangan teknologi.

Seperti yang diungkapkan salah seorang alumni FISIP Universitas Muhammadiyah Malang, Muhammad Fadhlillah Setiamukti SIKom berpandangan atas pendekatan yang dilakukan oleh para Caleg maupun Parpol peserta Pemilu 2024.

Baca juga: Pemilik Kafe Jual Miras di Trikora Banjarbaru Didenda Rp1,5 Juta

Ia menjelaskan bahwa pendekatan politik ke Gen Z harus dilakukan dengan pendekatan politik yang lebih sistematis dan bisa menjawab kebutuhan Gen Z sebagai mayoritas pemilih mereka nanti.

Poin tersebut menjadi penting, kata dia, sebab Gen Z adalah generasi yang kritis sehingga tidak bisa para Caleg bermodal janji-janji manis belaka untuk bisa mendekati Gen z.

“Para Caleg tidak bisa langsung masuk begitu saja ke benak Gen Z, generasi kita ini cukup kritis sehingga hasil dari background research masing-masing Caleg akan sangat mempengaruhi kepada siapa kami akan memberikan suara,” ucap Fadhil sapaan akrabnya, saat ditemui kala berdiskusi terkait Pemilu 2024 di Banjarbaru.

Dari sudut pandang yang lain, mahasiswa FISIP Universitas Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari (Uniska MAB), Ahsanu Nadiyya Fidzikri mengatakan bahwa tantangan Pemilu 2024 tidak hanya pada pendekatan politik ke Gen Z saja.

Baca juga: Peliputan Pemilu 2024 Wartawan Harus Perhatikan Kode Etik Jurnalistik

“Melainkan juga adanya potensi golput dari beberapa pemegang hak suara seperti yang kita lihat di tahun-tahun sebelumnya,” ucap Ahsanu yang akrab disapa Ahya.

Selain berdampak pada kerugian materiil berupa terbuangnya anggaran yang digunakan untuk kepentingan pemilihan, ia berpendapat golput juga bisa menimbulkan potensi kecurangan dalam proses pencoblosan.

“Dampak non materil yang bisa terjadi ketika surat suara yang sengaja dikosongkan oleh pemilih golput, ialah dikhawatirkan suara kosong tersebut menjadi sia-sia atau bahkan menjadi celah untuk kecurangan,” sebutnya.

Baca juga: Hakim Tipikor Banjarmasin Tolak Eksepsi Mantan Kadistan Balangan

Bagi mereka Gen Z, janji realistis yang akan disampaikan kelak saat proses kampanye berlangsung dapat membawa pengaruh besar terhadap suara yang sedang golput.

Mereka pun berpesan agar para Gen Z dan milenial yang masih belum menatapkan pilihannya agar dapat mempertimbangkan berbagai hal. (Kanalkalimantan.com/wanda)

Reporter : wanda
Editor : bie


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->