Connect with us

Bisnis

Terimbas Pandemi, Banyak Perusahaan Digital Hanya Bertahan Setahun

Diterbitkan

pada

Survei KIC memaparkan sekitar 50 persen perusahaan digital hanya mampu bertahan hingga satu tahun. Foto: goodnews

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Pandemi Covid-19 membuat pelaku ekonomi digital mencari strategi yang lebih fleksibel untuk tetap bertahan. Meski demikian, berdasarkan survei Katadata Insight Center (KIC), sekitar 50 persen perusahaan digital hanya mampu bertahan hingga satu tahun.

“Kalau kita lihat ada faktor kestabilan. Nah berapa lama bisnis itu bisa bertahan ada beberapa faktor,” ujar Direktur Riset KIC Mulya Amri saat memaparkan hasil survei bertajuk ‘Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pelaku Ekonomi Digital di Indonesia’ pada Kamis (9/7/2020).

Dalam survei yang dilakukan pada Mei-Juni 2020 dengan melibatkan 139 responden ini, sebanyak 10,1 persen perusahaan digital mengaku tak mampu bertahan hingga akhir Juni 2020. Terhitung sejak pandemi merebak pada Maret 2020.

Sementara sebanyak 20,1 persen mengaku hanya bisa hidup hingga Juli-September 2020 dan 20,9 persen mampu bertahan sampai kuartal I 2021. Sedangkan sebanyak 48,9 persen optimistis bisa bertahan hingga lebih dari satu tahun.

 

Mulya mengungkapkan, salah satu faktor yang membuat perusahaan mampu bertahan karena mereka bisa menemukan bisnis model yang lebih baik di kala pandemi. Selain itu, ada perusahaan yang mempunyai tabungan besar sejak sebelum pandemi sehingga bisa bertahan pada masa sulit ini. “Jadi dari dua faktor itu. Yang satu dari segi bisnisnya sendiri, maupun dari reserve (tabungan),” katanya.

Menurut hasil survei, perusahaan digital yang mengaku bisa bernafas lebih dari satu tahun banyak berasal dari sektor pertanian. Dari jumlah perusahaan yang ada pada sektor ini, sebesar 75 persennya mengakui hal tersebut. Posisi kedua ditempati sektor teknologi informasi (73,3 persen), sistem pembayaran (72,7 persen), kesehatan (71,4 persen), logistik (50 persen), maritim (50 persen), ekosistem pendukung digitalisasi (48,4 persen), dan pendidikan (36,3 persen).

Sektor pariwisata menempati posisi paling buncit (25 persen). Strategi Bertahan Berkaca dari kondisi yang ada, para pelaku ekonomi digital melakukan beragam cara untuk bertahan. Dalam survei KIC disebutkan, cara yang ditempuh antara lain dengan melakukan efisiensi, mengubah jam kerja, merevisi anggaran, melakukan penyesuaian bisnis, mengganti strategi promosi, hingga mencari investasi baru.

Terkait efisiensi, sebanyak 83,5 persen perusahaan mengaku menerapkan sistem bekerja dari rumah. Kemudian sebanyak 60,4 persen mengurangi biaya operasional, sebesar 29,5 persen mengurangi jumlah karyawan, dan sebesar 28,1 persen melakukan opsi menunda atau tidak membayarkan tunjangan hari raya (THR).

Perusahaan juga melakukan penyesuaian jam kerja dan merevisi anggaran. Biaya produksi merupakan anggaran yang paling banyak dipangkas. Adapun terkait penyesuaian bisnis, perusahaan menjalankan strategi melalui perubahan jumlah dan jenis produk atau layanan.

Anggota Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Nasional Ashwin Sasongko membagi perusahaan rintisan (startup) ke dalam dua kelompok besar. Antara lain perusahaan yang menggunakan teknologi informatika sebagai alat bisnis dan yang menjadikannya sebagai produk usaha.

“Yang menggunakan teknologi informatika as tools, harus review proses bisnisnya. Mana lagi yang bisa ditransformasi ke digital sehingga lebih efisien. Yang memiliki produk digital, dia harus melihat peluang apa yang sedang berkembang, aplikasi yang dibutuhkan saat ini,” katanya.

Ashwin juga menekankan soal ketersediaan akses internet, baik untuk pelaku usaha maupun masyarakat sebagai konsumen. Menurutnya, pemerataan akses internet dapat jadi solusi agar perputaran ekonomi tetap berjalan.

Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerian Teknologi dan Informatika (Kominfo) Semuel A. Pangerapan mengungkapkan, pemerintah terus berupaya memperluas jangkauan internet. Sambungan internet yang merata di seluruh nusantara menjadi program prioritas untuk mempercepat konektivitas. Setelah mempercepat konektivitas, Kominfo juga menggalakkan literasi digital melalui program bernama Siberkreasi. “Dengan program ini, kita bisa ajak seluruh komponen masyarakat dan pelaku usaha untuk ikut membangun literasi digital,” tuturnya.(katadata)

 

Editor : Katadata


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->