Ekonomi
Uniknya Pasar Sepeda Bekas di Barabai
BARABAI, Pagi masih begitu dini di pasar sepeda bekas yang berlokasi Jalan Terminal Lama Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Kendati begitu, ratusan sepeda sudah dipajang rapi oleh para belantik –sebutan untuk seseorang yang membeli dan menjual lagi sebuah barang. Ya, di pasar sepeda yang selalu ramai pada hari Sabtu, para belantik sepeda memegang peran dominan di tiap transaksi jual beli sepeda.
Menjelang siang, seiring bertambahnya pengunjung, suasana pasar sepeda kian riuh.  Suara tawar menawar antara calon pembeli dan belantik terdengar begitu mendominasi. Berpadu di tengah keriuhan suara tawar menawar harga, aktifitas para belantik yang sedang memperbaiki sepeda. Ada yang sedang menyetel roda, memperbaiki setang, ada juga yang sekadar mengelap sepeda sembari berbincang dengan sesama belantik sepeda.
Di tengah keriuhan yang terus saja bertambah itu, H Suri (60) tampak santai menunggu calon pembeli sambil duduk di atas motor tua miliknya. Tak jauh, dari beberapa sepeda bekas miliknya yang dipajang di antara sepeda-sepeda milik belantik lainnya.
Tak lama menunggu, belantik sepuh asal Desa Murung A, Kecamatan Batu Benawa ini dihampiri seorang calon pembeli. Sembari mengelus setang sepeda merek phoenix, calon pembeli itu langsung mengajukan penawaran. “Lima ratus, kaya apa?,†kata calon pembeli itu.
Sesaat sempat terjadi tawar menawar antara  calon pembeli dan H Suri, kendati pada ujungnya kesepakatan jual beli tak terjadi. H Suri kekeh akan melepas sepeda dengan harga Rp 50.000  lebih tinggi dari penawaran yang diajukan calon pembeli yang tak lama kemudian melenggang untuk melihat sepeda milik belantik lainnya.
Selain sepeda merek phoenix yang sempat ditawar calon pembeli tadi, H Suri menjual beberapa sepeda bekas merek lain. Yaitu, dua sepeda merek Polygon Sera, tiga sepeda anak-anak, dan satu ontel tua tua merek Raleh. Semuanya sepeda bekas.
Untuk satu sepeda bekas Polygon Sera, H Suri mematok harga Rp 800 ribu. Sedangkan untuk sepeda anak-anak ia memasang harga Rp 200 – Rp 300 ribu. Yang termahal adalah ontel tua merek Raleh menurutnya dapat terjual dengan harga hingga Rp 3 juta.
Menurut pria yang telah melakoni pekerjaan sebagai belantik sepeda bekas sejak lebih dari 40 tahun silam ini, tak ada patokan harga untuk sebuah sepeda bekas.  Beda belantik tentu akan berbeda mematok harga. Namun selisihnya hanya di kisaran Rp 50.000 – Rp 75.000.
Selain di pasar sepeda di Barabai, H Suri juga membawa sepeda bekas jualannya ke beberapa pasar di kota kecamatan.  Dari pekerjaannya sebagai belantik sepeda bekas, untung Rp 100-Rp 200 ribu bisa ia kantongi saban harinya.
“Tergantung hari pasaran. Selasa biasanya di Pasar Pantai Hambawang, Senin di Birayang. Sabtu di Barabai,†Ujar H Suri yang mengaku juga sering menyambangi pasar sepeda di Amuntai, Hulu Sungai Utara (HSU) untuk berjualan sepeda bekas.
Ada yang unik di pasar sepeda Barabai yang bisa jadi tak ada di pasar sepeda lainnya. Jika sudah terjadi kesepakatan harga, pembeli dan belantik akan menuju ke Sekretariat Persatuan Pedagang Sepeda yang letaknya di tengah-tengah pasar sepeda. Oleh petugas sekretariat, akan dibuatkan sebuah kwitansi pembelian lengkap dengan stempelnya. Untuk tiap kwitansi pembelian dikenakan tarif Rp 5.000.
-
HEADLINE2 hari yang lalu
Mangkir dari Panggilan Pemeriksaan, KPK Minta Paman Birin Kooperatif
-
HEADLINE2 hari yang lalu
UIN Antasari Banjarmasin Resmi Terakreditasi A
-
Kabupaten Banjar2 hari yang lalu
Lindungi Konsumen, Pelaku Usaha dan Masyarakat, DKUMPP Banjar Sosialisasikan Metrologi Lokal
-
Kota Banjarbaru2 hari yang lalu
Pj Wali Kota Sorong Pelajari MPP Banjarbaru
-
HEADLINE2 hari yang lalu
CEK FAKTA: Pernyataan Rahmadian Noor soal Terlambatnya Sebaran Pupuk dan Kontribusi Batola 20% terhadap Produksi Beras di Kalsel
-
Kota Banjarbaru2 hari yang lalu
Surat Suara dan Teknis Pemungutan Jadi Perhatian Tim Desk Pilkada Banjarbaru