Connect with us

HEADLINE

Walhi, KLHK, dan Mapala Se-Indonesia Deklarasi Selamatkan Pegunungan Meratus

Diterbitkan

pada

Temu Wicara Kenal Medan XXXI Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Perguruan Tinggi Se-Indonesia bertekad selamatkan Meratus Foto : mario

BANJARMASIN, Temu Wicara Kenal Medan XXXI Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Perguruan Tinggi Se-Indonesia berlangsung di Auditorium UIN Antasari Banjarmasin. Kegiatan ini merupakan gerakan nasional Mapala se-Indonesia dalam menyelamatkan rimba terakhir pegunungan Meratus, Hulu Sungai Tengah (HST) Kalsel. Dalam kegiatan ini juga diadakan deklarasi Save Meratus dari pihak Walhi, KLHK, dan Mapala se-Indonesia.

Direktur Eksekutif Nasional WALHI Nur Hidayati mengatakan bahwa Meratus merupakan wilayah ekosistem esensial yang penting untuk Kalsel, karena di Meratus merupakan lokasi dari sumber air, keanekaragaman hayati, hingga tempat hidup masyarakat adat Dayak Meratus.

Meratus saat ini sedang terancam, ungkap Nur Hidayati. Sehingga ia berharap dengan adanya agenda kali ini membuat gerakan mahasiswa yang lebih kuat dari seluruh indonesia.

Saat ini, Kementerian ESDM sudah memberikan izin tambang di kawasan Meratus. Hal inilah yang coba digugat oleh Walhi. Sekarang, gugatan ini sedang dalam proses kasasi di Mahkamah Agung. Sementara itu pemerintah HST menolak perizinan tambang ini. Sehingga terjadi ketidaksinkronan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Dukungan mahasiswa  sebagai generasi penerus bangsa dirasa sangat penting. “Kalau saat ini mereka tidak bergerak untuk menyelamtkan meratus, mungkin di masa depan kawasan meratus tidak akan ada lagi,” tutur Nur

Sementara itu, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM KLHK melalui Sekretaris BP2SDM, KLHK, Surayatna mengatakan Meratus merupakan kawasan yang rentan terhadap ancaman banjir hingga longsor karena tokografinya tajam. Sehingga dari sisi kemampuan lahan, tidaklah cocok untuk pertanian ekstensif dan tambang.

Jika tetap diberi izin tambang, kawasan lindung dan konservasi tentu akan berdampak luas dan lama. “Meratus tidak layak dieksploitasi secara ontensif dan eksplosif. Dibandingkan resiko yang ditimbulkan tidak sebanding dari manfaat yang diambil. Seperti tambang, manfaat cuma sekali saat ambil, dampaknya banjir bertahun-tahun dan bisa terulang,” ungkapnya.

Adanya RPJMD HST yang menolak adanya perizinan tambang hingga Desa Nateh yang mendapatkan SK dari presiden untuk menjadi hutan desa pada 2016 lalu harusnya bisa menjadi tameng untuk menolaksegala perizinan yang ada. Meski nyatanya perizinan tambang tetap diberikan oleh pemerintah pusat pada akhir 2018 lalu.

Temu Wicara Kenal Medan atau TWKM adalah pertemuan rutin Mahasiswa Pecinta Alam seluruh Indonesia yang digelar bergantian di setiap daerah anggota TWKM. Forum silaturahmi ini bertujuan merespon isu-isu lingkungan dan mengenali alam dan lingkungan hidup di daerah penyelenggaranya.

Di tahun ini TWKM dilaksanakan di Kalsel. Mapala Meratus UIN Antasari sebagai panitia. Mereka mengangkat isu penyelamatan Meratus untuk dibicarakan, dan memilih tempat kegiatan kenal medan di jajaran pegunungan Meratus.(mario)

Reporter : Mario
Editor : Chell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->