Connect with us

HEADLINE

Waspada, 16.491 Jiwa Terancam Jika 80 Persen Warga Masih Beraktivitas Normal Saat Pandemi


Mengukur Puncak Pandemi Covid-19 di Kalsel Lewat Pemodelan Matematika (1)


Diterbitkan

pada

Banyak jiwa terancam jika pemerintah kendor dalam menerapkan aturan pengetatan protokol kesehatan Covid-19.

KANALKALIMANTAN.COM, BANJARBARU – Akademisi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Dr. M. Ahsar Karim memaparkan, dalam kajian permodelan penyebaran Covid-19 berdasarkan perhitungan Matematika juga memprediksi puncak kasus Covid-19 di Kalimantan Selatan. Baik itu puncak infeksi maupun puncak kematian akibat Covid-19.

Kajian dilakukan dengan estimasi parameter pada permodelan SIR yang mengakomodir kasus kematian pada data dengan didukung beberapa metode. Yaitu, Metode Runge Kutta dan Metode Kuadrat Terkecil Nonlinear.

Dr. M. Ahsar Karim. foto: dok pribadi

Dari hasil analisis data dan model diperoleh laju penularan penyakit melalui kontak sebesar 𝛽 = 0.1050, laju kesembuhan dari infeksi penyakit sebesar 𝛾 = 0.0178 dan laju kematian karena terinfeksi sebesar 𝜇 = 0.0128.

Dari set parameter tersebut diperoleh Bilangan Reproduksi Dasar R0 ≈ 3, yang artinya dari 1 orang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan kepada 3 individu lainnya. Sedangkan hasil prediksi menunjukan bahwa kasus terinfeksi dapat mencapai 37,82% dan kematian 0,49 % dari jumlah penduduk yang tetap beraktivitas normal di masa PSBB.

Hal itu diperkirakan terjadi pada pekan ke-2 bulan Agustus hingga pekan ke-1 bulan Oktober 2020 mendatang. Saat itu, kemungkinan terburuknya jutaan warga Kalsel tertular virus mematikan dari Wuhan, China itu. “Puncak infeksi yang kami prediksi, itu dibagi berdasarkan enam skenario,” kata Dr. Ahsar, Rabu (27/5/2020) malam.

Model kurva dan tabel analisa permodelan matematika epidemologi. foto: dok pribadi ahsar karim

Skenario pertama, jika satu persen masyarakat tetap beraktivitas normal seperti biasa dan di dalamnya ada orang yang suspect Covid-19, maka puncak kasus infeksi terjadi di pekan kedua bulan Agustus 2020. Ini didapat berdasarkan data dan model SIR (Suspectable, Infected dan Recovered) yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahsar.

Kemudian, pada skenario kedua, jika empat persen masyarakat masih beraktivitas normal, diprediksi angkanya menjadi cukup lama dan waktunya cukup lama. Puncaknya akan terjadi di pekan keempat bulan Agustus 2020.

“Demikian seterusnya sampai dengan 80 persen beraktivitas normal dan itu ngeri sekali, kami tidak berani memprediksi jika 100 persen normal,” ungkapnya.

Puncaknya, jika 80 persen masyarakat beraktivitas normal, maka puncak infeksi dari Covid-19 terjadi di pekan pertama bulan Oktober 2020 dengan jumlah yang cukup besar. Atau mencapai 1.283.600 jiwa terpapar Covid-19.

Model kurva dan tabel analisa permodelan matematika epidemologi. foto: dok pribadi Ahsar Karim

 

Hal yang sama juga terjadi pada prediksi puncak kematian akibat Covid-19. Di mana, skenario prediksi kematian juga mengikuti skenario prediksi infeksi Covid-19. Di mana, puncak kematian terjadi di pekan pertama bulan Oktober 2020, jika 80 persen masyarakat beraktivitas normal. Atau diprediksi, sebanyak 16.491 jiwa akan meninggal dunia akibat Covid-19.

Lebih lanjut lulusan doktor Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menjelaskan, dalam penelitian juga memaparkan prediksi kasus terinfeksi dan kematian karena Covid-19 pada 31 Desember 2020. Menurutnya, berdasarkan prediksinya kasus Covid-19 akan terus ada hingga akhir tahun.

“Prediksi ini ada, kalau masih berjalan seperti saat ini. Sebenarnya ini bisa menjadi bahan evaluasi, kita perlu perubahan jika ingin mengurangi, dan perlu waspada untuk membuat program baru yang belum ada pada kajian,” tandas Dr Ahsar. (kanalkalimantan.com/fikri)

Reporter : fikri
Editor : cell

 


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->