Connect with us

Kesehatan

Waspada Penyakit Musim Penghujan, Kasus DBD Sebabkan 13 Warga Kalsel Meninggal

Diterbitkan

pada

Waspada DPD saat musim penghujan Foto : net

BANJARMASIN, Musim hujan rentang berbagai jenis penyakit yang perlu diwaspadai. Salah satunya Demam Berdarah Dengue (DBD) atau demam berdarah yang menjadi salah satu penyebab kematian banyak warga di Kalsel. Informasi dari Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Kalsel, selama Januari-Desember 2019 lalu, dari 13 kabupaten/kota sedikitnya kasus DBD mencapai 2.150 kasus dan 13 orang meninggal dunia.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selama tahun 2019 benar-benar menjadi teror bagi masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel). Terlebih saat musim hujan tiba, ditambah dengan lingkungan yang tidak sedap membuat wabah ini semakin menjadi.

“Meningkatnya dari Desember 2018 sampai Maret 2019 dengan usia rata-rata 14 sampai 25 tahun, namun kasus ini menurun mulai bulan April 2019,” kata Pengelola Program Dinkes Provinsi Kalsel, Muhammad Iqbal kepada Kanalkalimantan.com, beberapa waktu lalu.

Ditambahkan olehnya, kasus penderita DBD terbanyak sepanjang 2019 didominasi oleh kota Banjarbaru dengan total mencapai 344 dan 6 orang meninggal dunia. “Umumnya memang lingkungannya banyak jentik dan nyamuk,” ujarnya.

Ia menambahkan, faktor yang menyebabkan kasus DBD semakin meningkat disebabkan karena kelalaian dari masyarakat yang tidak membasmi jentik secara rutin.

Sementara, kota Banjarmasin yang memiliki jumlah penduduk paling padat, hanya mencapai angka 38 dan 1 orang meninggal akibat kasus DBD, hal itu merupakan angka yang paling sedikit diantara kabupaten/kota lain di Kalsel.

Kemudian di tempat yang berbeda, Kanalkalimantan.com mendatangi Dinas Kesehatan kota Banjarmasin untuk diminta keterangan lebih lanjut. Melalui Sekretaris, Dwi Atmi Susilastuti menerangkan Kelurahan Basirih Baru merupakan yang terbanyak terkena DBD di kota Banjarmasin.

“Di Kelurahan Basirih Baru itu yang terbanyak sebanyak 5 orang. Sementara yang meninggal itu kita dapat dari Puskesmas Cempaka Putih,” terangnya.

Atmi sapaan akrabnya menjelaskan, upaya keseriusan Dinkes kota Banjarmasin dalam menangani kasus DBD. “Setiap musim hujan itu sudah kita perkiraan ada kenaikan kasus DBD, dan itu yang kita antisipasi dengan mematikan penyebabnya yaitu jentiknya,” jelasnya.

Ia menambahkan, Dinkes kota Banjarmasin sudah menerapkan setiap rumah harus ada 1 Juru Pemantau Jentik (Jumantik). “Yang kita terapkan itu memberikan tanggung jawab kepada setiap orang untuk membebaskan rumah masing-masing dari jentik, itu namanya Gerakan Pemeriksaan Jentik Mandiri atau biasa disebut Jumantik,” tambahnya.

Penyakit musim hujan

Lembaga Kesehatan Dunia WHO menyebutkan bahwa banjir bisa berpotensi meningkatkan penyebaran penyakit.

1. Penyakit yang disebarkan lewat air
Dalam laman resminya, WHO menyebut bahwa banjir terkait dengan peningkatan risiko infeksi, khususnya yang disebabkan oleh kontaminasi fasilitas air minum. “Ada beberapa risiko infeksi yang meningkat karena penyakit yang menyebar melalui air dan karena bersentuhan langsung dengan air yang tercemar. Di antaranya adalah infeksi, dermatitis, conjunctivitis, infeksi THT,” tulis WHO.

Namun semua penyakit tersebut tergolong non epidemik. Leptospirosis adalah satu-satunya penyakit epidemik yang ditularkan langsung oleh air yang terkontaminasi seperti banjir.
Air banjir yang berwarna cokelat pekat jelas membawa banyak benda kotor seperti kotoran manusia. Tidak hanya kotoran manusia, kotoran binatang pengerat seperti tikus yang membawa virus Leptospirosis juga menjadi ancaman.

Kontak selaput lendir mata, hidung, dan luka terbuka pada kulit dengan air seni dan kotoran tikus yang tercampur dalam air banjir dapat menyebabkan kerusakan organ hati, ginjal, paru-paru, jantung, dan otak. seseorang yang terjangkit infeksi tersebut akan mengalami gejala demam tinggi, mata merah, kulit menjadi kuning, dan nyeri otot betis. Masa inkubasi penyakit ini rata-rata berkisar selama sepuluh hari.

Beberapa penyakit lain di antaranya adalah penyakit yang menyebar melalui air seperti diare, tipes, kolera, tetanus, sampai hepatitis A.

Tetanus bisa menyebar juga lewat air. Namun ini tak bakal langsung terjadi ketika Anda terkena air banjir. Tetanus adalah penyakit yang mungkin timbul karena perantara benda lain. Saat banjir berbagai benda dapat mengapung dan tenggelam tidak beraturan. Di antara hal tersebut, tanpa disadari benda seperti kayu berpaku, kawat, dan pecahan kaca juga berpotensi melukai Anda.

Jika tanpa sengaja Anda terkena benda tajam saat banjir, segera bersihkan luka dan jangan dibiarkan. Luka terbuka dapat terkena infeksi jika terlalu lama terkena air banjir yang kotor. Usahakan jangan kontak langsung dengan air banjir saat memiliki luka terbuka di tubuh.

2. Penyakit karena vektor
Banjir juga secara tak langsung menyebabkan meningkatkan penyakit yang disebabkan oleh vektor atau hewan pembawa penyakit, misalnya nyamuk, tikus, atau ular.

Banjir memungkinkan nyamuk berkembang biak. Akibatnya penyakit seperti malaria, demam berdarah, atau demam West Nile yang disebabkan oleh west nile virus. Penyakit ini umumnya ditularkan oleh vektor atau organisme pembawa penyakit menular seperti nyamuk, lalat, kutu, dan siput air tawar.

Banyaknya genangan air yang timbul akibat banjir dapat menyebabkan serangan tersebut berkembang biak dengan leluasa dan menyebarkan berbagai penyakit seperti demam berdarah, chikungunya, dan kaki gajah.

Sebelum banjir datang, biasakan mengubur barang-barang yang dapat menampung air seperti kaleng bekas, jaga selalu kesehatan, dan segera bersihkan rumah sesaat setelah banjir surut. (riki)

Reporter : Riki
Editor : Chell


iklan

MUSIC HITS with VOA


Disarankan Untuk Anda

Paling Banyak Dibaca

-->