Budaya
Yuk, Mengenal Perbedaan Madihin Pakem dan Madihin Kocak
BANJARMASIN, Warga Kalsel pasti sudah tidak asing lagi dengan kesenian bernama madihin. Puisi rakyat anonim yang hanya ada di kalangan etnis Banjar di Kalsel ini bertipe hiburan lisan atau dituliskan dalam bahasa Banjar. Arti kata madihin sendiri berasal dari kata madah dalam Bahasa Arab yang berarti nasihat atau juga pujian.
Kesenian madihin di Kalsel tepatnya berasal dari Hulu Sungai, yaitu di Kandangan, daerah Bangkau. Di mana pada saat itu hadir bersamaan dengan hadrah bangkau yang terkenal di era tahun 1960-an.
Madihin di Kasel sendiri terbagi atas dua yaitu Madihin Pakem dan Madihin Kocak (modern). Madihin Pakem adalah madihin yang pertama hadir di Banjarmasin dan Madihin Kocak adalah madihin yang dipopulerkan seniman John Tralala.
Saat ini hanya sisa 3 orang tetua yang menguasi Madihin Pakem tersebut yakni Joemairi, Abang Sam’un, dan Khair.
Joemairi, Guru SMPN 3 Barabai dikenal sebagai seorang pakar madihin. Ia merupakan salah seorang yang kenal dekat dengan sosok John Tralala semasa hidupnya. Mereka sempat berbincang bahwa ia dan teman-temannya akan fokus pada Madihin Pakem dan penyebarannya di Kalsel. Sedangkan John Tralala pada bagian Madihin Kocak dan penyebarannya di luar Kalsel.
Tentu ada banyak sekali perbedaan antaran Madihin Pakem dan Madihin Kocak ini. Misalnya untuk Madihin Pakem ada susunan hadian yang tidak bisa ditinggalkan.
“Hadian itu dipecah dan dirampai, lalu masuk isi, dan kemudian penutup. Kalau Madihin Kocak bisa langsung masuk ke syair,†jelas Joemairi.
Lagu dalam Madihin Pakem juga ada 3 tahap yaitu soal, jawab, dan jawabul jawab . Sedangkan di Madihin Kocak tidak ada. Artinya lirik di Madihin Pakem itu nadanya bertingkat dan Madihin Kocak rata.
“Pukulan musiknya pun sangat berbeda. Dalam Madihin Pakem akan kita temukan berupa kaprakan, pukulan iringan, pukulan jeda, dan pukulan penutup. Sedangkan dalam Madihin Kocak tidak ada,†jelas Joemairi.
Dapat dilihat juga Madihin Kocak lebih bebas dan tak beraturan. Isi Madihin Pakem sendiri biasanya berupa sejarah dan cerita. Hal ini tentu tidak lepas dari asal muasal madihin itu sendiri yaitu Arab. Di sana, setiap ada kegiatan di kerajaan di Arab, pasti akan selalu diadakan madihin. Madihin ini juga diadakan ketika dalam proses mengayun anak orang-orang kerajaan di Arab.
Budaya itu pun terbawa hingga ke Kalsel, setiap tahunnya ada acara Madihin Baayun, dan kegiatan ini cuma dilaksanakan di daerah Barabai dan Kandangan pada menjelang bulan Maulid Nabi. Bayi yang mereka ayun pun adalah bayi keturuan gusti-gusti.
Melihat kegiatan Madihin Baayun yang dilakukan setiap tahun, Joemairi mengatakan, mereka punya rencana untuk mengayunkan massal anak-anak mereka. “Karena setiap tahun pasti harus selalu ada yang diayun,†katanya.
Harapan Joemari sekarang ini adalah agar madihin terus berkelanjutan dari generasi ke generasi. Pakar madihin ini akan senang hati memberikan pelatihan-pelatihan mengenai ilmu madihin pakem agar mereka yang saat ini mendalami madihin kocak tidak diibaratkan seperti kacang lupa kulitnya. (mario)
Editor : Abi Zarrin Al Ghifari
-
HEADLINE3 hari yang lalu
DJBC Kalbagsel Lepas Ekspor 2.016 Kg Belut Hidup Kalsel ke Tiongkok
-
HEADLINE2 hari yang lalu
KPK Pasang 8 JPU Perkara Korupsi Dinas PUPR Kalsel
-
Lifestyle2 hari yang lalu
Ide Kreatif Anak Muda Peduli Lingkungan Dituangkan dalam Kertas Kebijakan
-
Kota Banjarbaru2 hari yang lalu
Turunkan 413 Personel Pengamanan Nataru di Banjarbaru
-
Kabupaten Hulu Sungai Utara3 hari yang lalu
Optimalkan Pengelolaan Website, Ini yang dilakukan Diskominfosandi HSU
-
Kabupaten Hulu Sungai Utara2 hari yang lalu
Operasi Lilin Intan 2024 Dimulai, Ini Kata Kapolres HSU